THE CROSSING PART 2 – 2015

The-crossing-2-2-2Berlatar insiden tenggelamnya kapal uap Taiping pada Januari 1949 yang memakan korban lebih dari 1500 orang, kapal yang melakukan penyebrangan dalam kondisi lampu padam untuk menghidari jam malam karena keterlambatan keberangkatan dari pelabuhan di Shanghai menuju Keelung di Taiwan ini mengangkut muatan jauh lebih banyak dari kapasitas maksimalnya. Sebuah tragedi kemanusiaan yang besar pada masanya, termasuk kisah cinta yang ada didalamnya. All aboard, we’re heading to Taiwan, Here we go, The Crossing Part 2.

Melanjutkan kisah terdahulu, kali ini Zenkun (Takeshi Kaneshiro) harus membawa saudara laki-lakinya, yang ikut menjadi bagian gelombang unjuk rasa di Shanghai, kembali ke Taiwan. Yunfen (Song Hye Kyu) yang masih setia menunggu suaminya pulang dari garis depan pertempuran dan Yu Zhen (Zhang Zi yi) yang harus mengorbankan dirinya untuk mendapatkan tiket penyebrangan ke Taiwan untuk mencari kekasih hatinya. Ditengah gelombang massa yang ingin menyebrang ke Keelun, Taiwan, Yu Zhen bertemu dengan Zenkun di Kapal Uap Taiping, dan menjadi saksi salah satu bencana besar yang terjadi pada masanya.

Tidak jauh berbeda dengan bagian pertamanya, jalan cerita yang ingin disampaikan jauh lebih padat dan dengan karakter yang lebih banyak. Sosok dokter, Zenkun, lebih banyak bercerita tentang latar belakang keluarganya, baik interaksi dengan ibu dan saudara laki-lakinya. Sama halnya dengan porsi Yu Zhen yang tidak hanya perihal pencarian kekasihnya tetapi juga mengenai keluarga dimana ia menetap. Dan disinilah permasalahannya. Dengan presentasinya yang mencapai 128 menit tersebut, film ini jauh lebih banyak menceritakan kembali apa yang terjadi pada bagian pertama dengan beberapa adegan tambahan, sedangkan cerita yang ingin disampaikan jauh banyak dan kompleks. Sehingga ada kesan terburu-buru dalam penceritaannya yang menyebabkan konflik yang terbangun diantara karakter-karakter tersebut kurang mengikat. Begitu juga halnya dengan babak ketiga, adegan inti yang seharusnya menjadi puncak tragedi film ini justru kurang berkesan karena seperti diburu-buru tersebut. Chen Ching-hui, Su Chao-pin dan Woo yang menulis naskahnya harusnya memberikan lebih banyak waktu untuk menceritakan kisah ini maju kedepan ketimbang hanya melakukan flashback yang hanya membuang-buang waktu saja.

Meskipun begitu, masih ditemukan Woo’s signature pada film ini. seperti adegan-adegan yang disajikan dengan tehnik slo-mo guna memaksimalkan efek dramatisasi. Desain produksi Horace Ma, cukup baik menggambarkan kondisi pada zaman tersebut, begitu juga dengan aransemen musik Taro Iwashiro yang mengalun manis disepanjang presentasinya dan tragis pada beberapa bagian. Sedangkan dari departemen aktingnya, baik Zhang Ziyi maupun Song Hye Kyu tidak mampu memberikan penampilan lebih mengingat karakternya yang tidak banyak berkembang. Beda halnya dengan Takeshi Kaneshiro yang lebih tampil menonjol karena fluktuasi emosi pada karakternya.

OK, let’s wrap it up. Terburu-buru. Ditangani oleh seorang John Woo dan tim produksi di belakangnya, sangat disayangkan memang, mengingat durasi yang mencapai 128 menit, film yang memiliki potensi menjadi salah satu one big thing karena skala produksi dan aktor-aktornya ini sebenarnya memiliki waktu untuk bertutur lebih banyak dengan memaksimalkan durasi yang ada tanpa harus melakukan hal yang bersifat repetisi dengan adegan flashback yang jelas-jelas hanya membuang waktu. Sayang.

3 baru-1

Sutradara : John Woo

Naskah : John Woo, Su Chao-pin, Chen Ching-hui

Pemain : Zhang Zi Yi, Takeshi Kaneshiro, Song Hye Kyu, Huang Xiaoming, Tong Dawei, Masami Nagasawa

Musik : Taro Iwashiro

Sinematografi : Zhao Fei

Durasi : 128 menit

Studio : Beijing Gallop Horse Film, Le Vision Pictures, China Film Group Corporation, Huayi Brothers, Yoozoo Entertainment, Beijing Cultural & Creativity Industry Investment Fund Management, Dongyang Mighty Allies Movie & Culture, Huace Pictures, China Movie Channel, Galloping Horse Culture & Media, Lion Rock Productions

Tinggalkan komentar