THE LITTLE PRINCE – 2015

the little prince 1 Meskipun diadaptasi dari kisah klasik karya Antoine de Saint-Exupéry dengan judul yang sama, namun film Prancis yang berbahasa Inggris ini tidak langsung mengadaptasi secara langsung kisah tersebut. Disandingkan dengan kisah lain sebagai pendampingnya, kedua kisah ini akan berjalan beriringan secara intervowen. Well, here comes one of the beloved classic tale of all time, The Little Prince.

Pada sesi wawancara, segalanya telah dipersiapkan sang Ibu (Rachel McAdams) agar anaknya (Mackenzie Foy) bisa masuk ke sekolah bergengsi. Mulai dari bahasa tubuh, jawaban hingga cara tersenyum. Namun sayang, keberuntungan kali ini tidak sejalan dengan harapan. Pertanyaan yang diajukan justru berbeda dengan jawaban yang telah disiapkan ibunya secara matang-matang. Anak perempuan itu pun gagal masuk ke sekolah tersebut. Guna mempersiapkan diri untuk tahun ajaran berikutnya, Ibu pun menempatkan anaknya di sebuah rumah khusus agar ia bisa belajar dan mempersiapkan dirinya semaksimal mungkin. Semua telah terjadwal, menit, jam, bulan hingga tahun. Mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur. Hingga perkenalan dengan tetangganya, seorang Penerbang eksentrik (Jeff Bridges) akibat sebuah insiden kecil, ia mulai mengenal dunia lain, sebuah dunia yang bukan hanya deretan jadwal yang telah diatur oleh ibunya. Dunia yang lebih luas, bebas, dan tentunya penuh dengan kejutan. Termasuk sebuah kisah tentang seorang anak lelaki yang tinggal di sebuah planet yang sedikit lebih besar dari tubuhnya, Sang Pangeran.

First thing first. Film animasi ini berbeda. Yap. Full of humor, loveable characters, family-friendly theme. Those are the things that you won’t get in here. Film yang berupakan adaptasi tidak langsung ini memiliki gaya bertutur yang sedikit berbeda. Menggabungkan 2 buah cerita secara interwoven, kisah si anak dengan teman eksentriknya dengan tehnik animasi 3D computer graphic dan kisah Sang Pangeran dengan tekhnik 2D stop motion. Keduanya berjalan beringingan, dimana kisah sang Pangeran menjadi bagian dari kisah si Anak. Penggunaan teknik stop motion juga mengingatkan dengan beberapa film sejenis seperti Fantastic Mr.Fox-nya Wes Anderson, ataupun Mary and Max. let’s call it , artsy.

Selain itu, Mark Osborne yang sebelumnya menangani Kung Fu Panda, bersama dengan Irena Brignull (The Boxtroll) dan Bob Persichetti (Puss in Boots) pada naskahnya, membuat film ini tidak menjadi film animasi yang ringan. Disisipi dengan dialog-dialog puitis dan penuh dengan perenungan pada bagian Sang Pangeran. Pada kisah si Anak, mereka juga secara gamblang menggambarkan a full of schedule acitivity turns to a free as bird sebagai analogi dari kisah sang Pangeran yang hanya hidup di dunianya sendiri. A-wake-up-till-sleep-full-of-schedule-white-board dan hal-hal lainnya, namun kemudian beralih menjadi kehidupan lain yang terlepas dari semuanya.

OK, let’s wrap it up. This full-of-A-list-actors-as-its-voice-talents boleh berbeda dengan pakem kebanyakan film animasi Hollywood. Pace yang lambat dan cenderung humor-less, namun hal tersebut tidak lantas membuat film ini kehilangan pesonanya sebagai film animasi. Cara bertuturnya yang intervowen dan tentunya gaya animasi yang cenderung artsy justru membuat film ini punya nilai tambah. Bahkan lebih. This non-straight adaptation of this classic tale just make it more timeless. Ageless.

3,5

Sutradara : Mark Osborne

Naskah : Irena Brignull, Bob Persichetti

Pengisi Suara : Mackenzie Foy, Jeff Bridges, Rachel McAdams, Paul Rudd, Marion Cotillard, James Franco, Benicio del Toro, Ricky Gervais,

Musik : Hans Zimmer, Richard Harvey

Sinematografi : Kris Kapp

Durasi : 110 menit

Studio : Onyx Films, Orange Studio, On Entertainment

Distribusi : Paramount Picture

Tinggalkan komentar