[Review] Happy Death Day (2017)

Happy-Death-Day-Movie-banner-poster

Meski bukanlah hal baru, film dengan premis time loop ini memang sudah sering diangkat ke layar lebar, sebut saja beberapa yang paling anyar seperti film Korea ‘A Day’, ‘Before I Fall’ hingga salah satu yang paling dikenal ‘Groundhog Day’. Namun sesuatu yang biasa bisa menjadi tidak biasa atau malah luar biasa bila mendapatkan treatment yang tepat. Nah, film ini adalah salah satunya, well, here we go ‘Happy Death Day’

Theresa Gelbman (Jessica Rothe) – atau yang biasa dipanggil Tree – pagi itu terbangun di kamar Carter (Israel Broussard), seorang pria yang tidak dikenalnya. Carter mengatakan bahwa ia membawa Tree ke kamarnya karena ia begitu mabuk pada malam sebelumnya. Menyadari hal itu Tree pun segera kembali ke asramahnya. Hari itu – yang kebetulan adalah hari ulang tahunnya – semua berjalan seperti biasa. Mengikuti kuliah pagi, bertemu dengan teman satu klub, hingga rencananya untuk pergi ke sebuah pesta. Ketika Tree menuju tempat pesta, tanpa diketahuinya, seseorang bertopeng bayi telah menunggunya disebuah terowongan. Tree berusaha melarikan diri dari sosok misterius tersebut, namun sayang, sosok tersebut berhasil membunuhnya.

Tree terbangun kembali di kamar Carter. Ia merasakan ada sesuatu yang aneh, seolah ia bermimpi terbunuh semalam. Namun apa yang dialaminya hari itu sama persis seperti yang pernah dialaminya kemarin. Tree pun menyadari ia berada pada sebuah time loop, dimana ia akan kembali terbangun di kamar Carter ketika ia terbunuh. Dengan kondisi yang seperti itu, kini ia harus mencegah terjadinya pembunuhan atas dirinya dan mencari tahu siapa sosok misterius bertopeng bayi tersebut, atau dia akan terus terjebak dalam time loop.

Menyenangkan. Ya mungkin kata tersebut cukup mewakili rasa yang muncul ketika menyaksikan film ini. Scott Lobdell, sebagai script writer cukup memberikan sentuhan-sentuhan segar dalam naskahnya. Kehidupan asrama perempuan lengkap dengan persaingan antar mahasiswinya, klub-klub perkumpulan, hingga nyinyiran khas yang mengulik tawa. Bukan hanya itu, Lobdell juga memberikan keleluasaan bagi Jessica Rothe (La La Land) untuk menjadi kharakternya. And tadaa, she fits on it.

Next, bukan thriller slasher bila tanpa adegan teriakan dan berlari menyelamatkan diri. Yah, ini sedikit mengingkatkan pada dekade 90-an, dimana banyak film-film sejenis seperti franchise ‘Scream’ ataupun ‘I Know What You Did Last Summer’, dimana tokoh utamanya harus berlari, berteriak sekencang mungkin dan menyelamatkan diri dari sosok pembunuh misterius. It was fun to see those kind of things nowadays.

Ok, let’s wrap it  up. Film sempat berganti judul dari ‘Half to Death’ dan lead-nya yang sebelumnya Megan Fox ini memang menyenangkan terlebih lagi karena dialog sarkasme-sarkasme khas rivalitas mahasiswi kampusnya. Kesenangan mana lagi yang kau dustakan ketika menyaksikan tokoh utamanya harus berteriak, berlari dan menyelamatkan diri dari pembunuh misterius?

Tinggalkan komentar